Sabtu, 20 September 2014

Utopia

Oleh: WindadeNuna

Kamu selalu di sana. Di penghujung batas mataku dapat memandang. Kamu, antara ada dan tiada. Kamu nyata di tepian sana dan aku di sini berteman semu.
Kamu nyata, tapi tidak nyata. Kamu akan selalu di sana, aku tahu itu pasti. Karena kamulah tujuan dari tiap-tiap derap langkah kaki ini. Karena kamulah harapanku, hanya kamu. Karenanya kamu di sana, di batas akhir pandanganku. Acuanku melewati tiap-tiap detik waktu yang melaju konstan. Kompas perjalananku agar tidak tersesat dalam labirin takdir.
Kamu nyata, tapi tidak nyata. Kamu nyata, karena kamu selalu di sana. Tapi kamu juga tidak nyata, karena aku hanya mampu memandangmu si kejauhan. Karena aku hanya memeluk imajinasiku tentang kamu. Karena kamu di sana dan aku di sini.
Kamu nyata, tapi tidak nyata. Dalam keabsurdan siluetmu, aku terus melangkah menujumu. Karena kamu masih di sana. Aku tetap melangkah, meski kusadar jarak yang kutempuh tidak ada habisnya. Karena kamu masih di sana. Aku melangkah karena kamu di sana, di suatu tempat yang kuyakini akhir dari pencarianku. Aku melangkah padamu, kepada kamu yang kusebut rumah., kepada kamu yang kusebut bahagia.
Aku melangkah kepadamu, kepada semu, kepada utopiaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar